hanya istilah seni bukan estetika

Senin, Juni 22, 2009

Inilah Bu Yayuk, Guru SD YPK yang Berprestasi



Satu kata yang bisa penulis gambarkan tentang Bu Sri Rahayu adalah “belajar”. Satu kalimat yang tepat untuk menggambarkan kata itu adalah “Selalu belajar meningkatkan ilmu”. Walaupun sudah menjadi ibu rumah tangga dengan 3 putri yang masih kecil-kecil, namun selalu bisa mengikuti banyak kegiatan, pelatihan dan kesibukan belajar mengajar dengan tertib dan tekun. Mungkin banyak dari sebagian kita sebagai guru di YPK yang seperti Bu Sri Rahayu yang punya banyak prestasi, namun baru Bu Sri Rahayu saat ini yang menerima satya lancana pendidikan dari presiden. Dan Bu Sri Rahayu yang rajin mengikuti pelatihan banyak hal dengan tekun.
Misalnya dalam pembuatan multimedia yang memerlukan kesabaran dan keluangan waktu untuk mengolah data, Bu Sri Rahayu masih sempat membuat beberapa karya dengan cukup baik. Seperti pelatihan Flash beberapa waktu yang lalu di SD 2 YPK. Dengan waktu yang singkat dan materi yang cepat, ternyata Bu Sri Rahayu mampu mempresentasikan karya yang runtut, komunikatif, kreatif dan tepat sasaran. Materi Flash yang merupakan ilmu baru ternyata cepat diserap dengan ketekunan dan pantang menyerah. “Jika error jangan langsung menyerah, Bu. Tapi save saja. Undo, save, undo, save, itu senjatanya,” begitu kata Bu Sri Rahayu pada penulis yang saat itu sempat ketinggalan materi dan hampir menyerah.
Siapa sih Bu Sri Rahayu? Dia adalah guru IPA SD 2 YPK yang saat ini mengajar kelas 4 dan kelas 5. Jangan berpikir bahwa mengajar SD itu mudah, namun jangan juga berpikir berat. Tiap jenjang pendidikan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam tingkatan kemudahan dan kesulitannya. Kesulitan dan kemudahan itulah yang dirangkum oleh Bu Sri Rahayu sebagai sebuah tantangan dalam mengembangkan diri. Ketika banyak anak yang mempunyai nilai dibawah SKBM, beliau tidak menyalahkan murid, namun mencoba mencari alternatif cara atau metode agar murid bisa tuntas dengan nilai bagus.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa tersebut Bu Sri Rahayu bukan hanya mengandalkan kekuatan multimedia sebagai sarana pembelajaran, namun juga memakai media-media sederhana yang relevan dan bisa dipahami anak. Penulis sangat terkesan dengan statement Bu Sri Rahayu yang menanyakan tentang batasan pembuatan media pembelajaran dalam sebuah rapat. Beliau menanyakankan, “Bisa seorang guru IPA hanya membawa air minum dalam gelas kedalam kelas sebagai media untuk materi tertentu, atau bahkan balon yang diremas-remas. Dan ituadalah media. Diakuikah pemanfaatan media-media alternatif yang seperti itu sebagai sebuah karya dan masuk pointdalam list kenaikan golongan?”
Benar sekali ungkapan Bu Sri Rahayu tersebut, karena pada hakekatnya sebuah media yang sederhana dan dimungkinkan setiap siswa mampu mempraktekkan dan mampu memahami, maka fungsi dari media tersebut sudah tepat dan berhasil.
Dengan banyaknya kreatifitas Bu Sri Rahayu dalam memakai media untuk pembelajaran IPAdi kelas, bahkan pemanfaatan multimedia yang sekarang ini sedang marak, telah mengantarkan bu Sri Rahayu sebagai pemenang guru Berprestasi Tingkat Nasional di Jakarta tahun 2007. Sebuah ajang bergengsi untuk guru yang diakui oleh pemerintah, dan dianggap sebagai ajang pemilihan guru berprestasi dengan penilaian bertingkat dari level lokal sampai nasional. Sistem penilaiannyapun juga menyeluruh meliputi banyak aspek dari aspek sosial, pedagogig, kepribadian, maupun karya tulis ilmiah. Ini berbeda dengan lomba-lomba yang lain yang hanya sebatas penilaian objek karya atau penelitian.
Dengan prestasi tersebut rupanya Bu Sri Rahayu tidak terlena dan menjadi mandeg begitu saja. Beliau terus mengembangkan diri, bahkan berbagai pelatihan dan undangan sebagai tutor di berbagai tempat terus dilakoninya sambil mengurus anak-anak. “Sangat menyenangkan ternyata mengurusi anak, melihat mereka belajar berbicara memanggil mama, melihat mereka bermain gembira. Rasanya menakjubkan”, kalimat tersebut mencerminkan kalau Bu Sri Rahayu sangat memperhatikan anak-anaknya bahkan Sabtu-Minggu dikhususkan untuk keluarga dengan mengosongkan semua jadwal.
Walaupun keluarga nomor satu, namun tekad untuk terus mengembangkan diri selalu menjadi obsesi. Anak-anak didisiplinkan tidur cepat tepat waktu, setelahnya adalah waktu mengembangkan untuk membuat multimedia, menulis atau berkarya kreatif. Tugas-tugas sekolah semaksimal mungkin diselesaikan di sekolah sehingga tidak mengganggu rutinitas yang lain.
Prestasinya ternyata masih berlanjut. Tanpa diduga, akhir tahun 2008 pada peringatan Hari Guru Nasional, Bu Sri Rahayu mendapat undangan dari Kepresidenan sebagai salah satu penerima penghargaan satya lencana pendidikan yang langsung diserahkan oleh Presiden di Istora Senayan Indoor. Penghargaan tersebut adalah penghargaan tertinggi yang langsung diberikan presiden untuk para guru-guru berprestasi Nasional juara I dan guru berdedikasi Nasional. Penghargaan tersebut diajukan oleh Kasubdit Penghargaan dan Perlindungan (Harlindung) Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.
Pemberian penghargaan Satya Lencana Pendidikan tahun 2008 kemarin, juga diberikan kepada Bu Muslimah yang kita kenal luas sebagai tokoh guru inspirator dalam buku Laskar pelangi karya Andrea Hirata. Bahkan buku tersebut juga difilmkan.
Bu Muslimah mungkin seorang guru biasa seperti guru yang lain, namun kisahnya yang menginspirasi seorang muridnya untuk mengabadikan perjuangannya menjadi sebuah karya tulis yang mengharukan ternyata mampu menjadi inspirasi banyak orang. Dan pada kesempatan itu Bu Sri Rahayu berkesempatan bersama-sama dengan Bu Muslimah dalam satu event penghargaan yang tak terlupakan. Saat itu penulis juga sempat berdialog singkat dengan Bu Muslimah, namun tidak sedekat seperti Bu Sri Rahayu yang tergabung dalam event yang sama.
Begitulah profil Bu Sri Rahayu, seorang ibu yang pantang menyerah dan selalu haus akan ilmu pengetahuan. Sekolah dan keluarga harus seiring sejalan, bahkan sebagai seorang pribadi harus terus mengembangkan diri. Profil tentang Bu Sri Rahayu ini bisa kita temui di banyak situs yang mengupas tentang guru berprestasi, dan bahkan telah masuk dalam buku “Berjuang Meraih Prestasi, Profil 7 Guru Panutan” yang ditulis oleh Diknas tahun 2007 sebagai bentuk penghargaan pada guru berprestasi.
Itulah rangkuman penulis tentang Bu Sri Rahayu yang selalu tersenyum dan mempunyai motto bekerja sebagai guru adalah beribadah. Anak-anak bisa mengambil contoh bagaimana Bu Sri Rahayu tak kenal lelah untuk belajar dan mengembangkan diri. Ilmu pengetahuan penting untuk kehidupan sehingga tidak ada waktu untuk mengeluh pada kesibukan belajar. Bagaimanapun prestasi yang tinggi bisa dicapai dengan jalan ketekunan dan usaha yang keras. Kemalasan dan keluh kesah tidak akan mengantarkan sesorang menjadi dewasa dan berhasil, namun hanya akan membuat diri kita lemah dan tertinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar