Selamat bergabung dengan komunitas seni. Seni mampu membangun kerajaan imajinasi dengan pasukan kreatifitas.

Sabtu, Desember 24, 2011

SOSIALITE, Sosial and Elite

Hm, akhirnya saya terusik juga untuk menulis tentang para SOSILITE yang lagi banyak dibahas akhir-akhir ini. Jika di banyak TV dan media banyak dikupas dan dikritik, pada tulisan ini saya ingin memberikan saran positif dan sumbangan pikiran yang positif.

Saya mengartikan SOSIALITE sebagai sebuah akronim dari ‘SOSIAL-ELITE’. Para kaum elite yang berjiwa social. ELITE disini saya idetikkan dengan rumus high class lengkap dengan atribut berkelas yang smart, glamorous, artistic, dan estetik. Sedangkan SOSIAL saya identikkan dengan rumus moral, etika, dan charity. Karena istilah telah terjadi menjadi sebuah sebutan SOSIALITE, karena rumus tersebut akan melebur menjadi satu dari Sosial plus Elite. Shorly meaning is, seseorang yang elite dan berjiwa social.

Jika mengamati konsep Sosialite pada berbagai Korean Drama, maka para socialite selain sibuk mengejar berbagai kursus kepribadian, memburu item-item yang limited edition, berpakaian yang ‘lady like’, mereka juga berlomba-lomba untuk spending money menghadiri berbagai charity untuk menghabiskan uang. Kim Jo Woon (Secret Garden) bahkan punya prinsip punya hobby untuk menghabiskan uang. Acuan para Sosialite tersebut yang saya tahu antara lain adalah Audrey Hepburn dan Lady Di.

Jadi, para kawanku yang mengaku socialite seharusnya tidak hanya pandai action dengan Braun Bafful limited edition saja, atau sibuk berburu high hells Louis Vuitton yang sexy, namun kiranya juga mengembangkan hobby untuk spending a lot of money untuk berbagai charity.

Hm, saya mempunyai beberapa referensi alternative gaya SOSIALITE yang high class yang bisa diteladani. Check it out …
1. Para socialite itu sangat bangga menyumbangkan banyak uang untuk membantu yayasan social, penyandang dana kampanye social, atau sekedar membantu orang miskin. Karena bagi para socialite sejati, tak akan bangga jika hanya dianggap kaya untuk dirinya sendiri tanpa pengakuan dari masyarakat juga kalau dia juga dermawan. Semakin kaya, semakin gila berderma.
2. Para socialite itu sangat bangga jiwa telah mengabadikan namanya menjadi salah satu nama sebuah ‘museum’. Museum apa saja. Karena dengan museum berarti dia peduli terhadap keberlangsungan sebuah sejarah suatu bangsa. Tidak sekedar nama, namun penyandang dana abadi museum tersebut. Jadi jangan mengaku socialite jika masih anti terhadap museum kita. Ayo, cepat-cepat ambil kuitansi and spending your money to our museum…
3. Para socialite itu sangat menghargai karya seni high art. Mereka akan beramai-ramai menghadiri konser music klasik (bahkan penyandang dana) atau pertunjukan teater, selalu kecanduan untuk mengoleksi lukisan pelukis terkenal. Jadi, jangan mengaku socialite jika masih bertanya, ‘Kenapa lukisan Heri Dono mahal, kenapa lukisan Hendra Gunawan mahal?’
4. Para socialite itu sangat menghargai pendapat orang lain dan pandai menjaga pribadinya. Bukankah sekolah elite kepribadian di Swiss mengajarkan bagaimana berperilaku santun. Bukankah semua tata cara kerajaan dan keraton itu sangat luhur. Jadi, para socialite harus elegant.
5. Para socialite harus smart. Selalu membekali pikiran dengan ilmu baru, issue baru tentang dunia dan kehidupan. Tidak hanya sekedar arisan, cas-cis-cus, belanja atau sekedar bisnis. Namun juga membicarakan tentang global warming atau trafficking. Bahkan kalau bisa juga menggalang arisan untuk membantu para korban TKW di luar negeri.
6. The Fake Sosialite adalah seorang yang mengaku sosialite karena kekayaan hasil korupsi suaminya atau dirinya sendiri.
(Ratnahar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar