hanya istilah seni bukan estetika

Senin, November 26, 2012

Renungan Untuk Peserta Kompetisi YSRI 2012

Ternyata penghujung tahun 2012 ini akan diisi kompetisi seni lukis oleh YSRI yang akan dilaksanakan di Galeri Nasional Jakarta. Galeri yang kemarin kulewati saja setelah mengunjungi pameran Uwuh Seninya Nasirun. Mengenangkanku lagi pada rutinitas perlombaan murid-muridku dahulu, beberapa tahun yang lalu, yang... ya kadang aku berpikir ulang 'sudah benarkah apa yang kulakukan dulu...' Rasanya ada beberapa hal yang ingin kubagi tentang carut marut dunia seni rupa ini pada kaum muda, the youngers yang akan menjadi penerus (mungkin), penerus dunia seni rupa yang akan memberikan nafas segar. Carut marut? Mengapa? Karena apa yang ada dalam pikiran 'murni' remaja yang sedang gandrung dengan dunia seni atau melukis ini adalah tidak sama dengan yang terjadi di lapangan medan seni rupa, baik di Indonesia atau Dunia. Ya, kontemporer yang menjadi kata kuncinya. Kontemporer yang definisinya saja tak jelas penguraiannya. Kontemporer yang katanya 'anything goes', namun apakah benar memang apapun bisa menjadi bagian kontemporer itu? Mungkin hanya ini yang bisa dijadikan renungan agar nantinya tak terjebak, atau setidaknya memiliki kesadaran utuh jika ingin masuk dalam dunia seni rupa yang membingungkan ini. Pikirkan lagi... 1. Apakah seni itu menurutmu? Padahal seni katanya telah mati, Arthur Danto mengatakan The Death of Art. Lalu mengapa seni itu masih ada yang menjalankan? apakah kita bagian dari hantu gentayangan 'seni' itu ... 2. Jika kata pelukis telah ketinggalan jaman, lalu apakah sebutan orang yang melukis? dan bagaimanakah menurutmu? Sekarang istilah yang umum adalah perupa, karena pelukis akhirnya juga membuat patung membuat video, bahkan melakukan performance... 3. Siapakah tokoh seniman atau perupa yang telah kamu kenal? Siapakah menurutmu seniman/perupa kontemporer sekarang ini yang lagi dibicarakan? Kamu bisa memilih Heri Dono, Masriadi, Agus Suwage, Arahmaiani, Pramuhendra, Jumaldi Alfi, atau masih berpikir Affandi, Raden Saleh atau Sudjojono... 4. Siapakah seniman perempuan menurutmu? Lalu apakah perempuan bisa eksis dalam medan seni rupa ini? 5. Jika dalam sebuah kompetisi ada menang dan kalah, bagaimanakah sikapmu jika menang? dan apakah yang akan kau lakukan jika kalah? Apakah dalam seni ada kalah dan menang? Toh, jika menagpun tak menjamin untuk menjadi seorang seniman yang bisa mencapai posisi maha bintang... 6. Apakah menurutmu seniman harus bergaya nyentrik dan aneh? Walau memang salah satu sikap seniman mungkin adalah aneh dan memiliki pikiran berbeda dengan masyarakat. Terkadang sikap tersebut memang untuk menyadarkan masyarakat untuk bisa menerima keberbedaan, bukankah negara kita Bhinneka Tunggal Ika. Namun, seniman sekarang banyak yang hidup seperti selebritis. Era seniman gembel telah berlalu, namun banyak juga seniman yang stress karena ingin jadi seniman, walau sebenarnya seniman bukanlah sebuah profesi yang bisa dipilih. 7. Bagaimana menurutmu jika ada seseorang mengawetkan ikan hiu di dalam tangki transparan, lalu dipamerkan dalam pameran seni internasional, dan dibeli dengan harga milyaran, dan diakui sebagai karya seni? Lalu bagaimana dengan seorang yang membuat salinan kardus sabun lalu memamerkannya sebagai karya seni? Pernahkan kau mendengar nama Damien Hirst atau Andy Warhol? Seorang Dosen berkata pada mahasiswanya, 'Jika kamu mengerti seniman, jangan jadi seniman, dan silahkan keluar dari kampus ini' Heri Dono memutuskan untuk tak meluluskan diri dari ISI dan menempuh jalan hidup sebagai seniman dengan sadar dan tak mudah. Masriadi juga memutuskan untuk tak menyelesaikan kuliah. Apakah kuliah seni itu penting? lalu apa gunanya ITB dan ISI? Jika ingin hidup normal, bahagia... maka jalanilah hidup di luar seni, karena seni tak memberikan jalan yang biasa. Sebuah pilihan sadar untuk melawan arus. Kepada para remaja, tetaplah memiliki jiwa dan pikiran seperti Garuda, yang siap terbang menempus angkasa kehidupan melawan segala jenis angin...

1 komentar: